Aku terbangun dari tidur malamku. Keluar kamar, melihat adik-adikku telah sibuk menyiapkan baju gamis, sajadah, dan peci untuk siap-siap ke masjid menjalankan sebuah sunah. Adzan subuh berkumandang. Tetes demi tetes air membasuh muka dan bagian-bagian yang harus dikenai aliran air suci itu. Dalam sebuah prosesi ‘wudlu’. Terasa dingin pagi ini. Setidaknya ada dua shaf laki-laki dan satu shaf perempuan mengikuti sholat jamaah subuh di satu-satunya masjid di desaku. Pukul 06.00 WITA. Langit masih terihat gelap. Namun, dari sudut-sudut desa telah nampak gamis dan mukena putih berjalan menghias jajaran kayu ulin Selengot. Aku baru akan mandi. Rasa ngantuk berat belum mau pergi menjadi beban di kelopak mata. Ya efek semalam begadang di dalam kamar. Kaki pun melangkah bersama keluarga disini menuju sebuah bangunan, tempat orang-orang membentuk barisan-barisan kebaikan. Sampai di jembatan, pak Bake, seorang ta’mir masjid minta bantuanku, “Tolong Pak Wito orang-orang suruh ke depan saj