Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Gema Takbir di Selengot

Selengot. Gema takbir telah berkumandang. Untuk pertama kalinya di desa Selengot mengadakan lomba takbir keliling. Pelombaan diikuti oleh siswa-siswi SD dan SMP di desa tersebut. Mereka berkeliling desa di atas jajaran kayu ulin yang memang tidak ada tanah di desa tersebut sambil mengumandangkan takbir. Pernak-pernik yang mereka buat seperti miniatur masjid dan obor dari bahan seadanya ikut menghias, memeriahkan suasana. Warga pun antusias untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Sebuah pemandangan yang tak biasa di desa tersebut yang memang karena geografis desa berada di sebuah pulau kecil jauh dari keramaian. Ide pertama diadakannya lomba takbir berasal dari pak darso, salah seorang guru SD di desa Selengot. “Biar lebih meriah dan berbeda diadakan saja lomba.”, kata beliau saat itu. Akhirnya, dari pihak takmir masjid pun setuju dan dibuatlah kepanitiaan dengan dibantu oleh guru-guru SD dan SMP di desa nelayan tersebut. Faisal, salah satu peserta lomba membuat miniatur masjid

Menjawab Kekhawatiran

Kini..., kemurahan Yang Maha Kuasa menjadi tumpuan seluruh warga. Air dari langit, menjadi suatu barang yang lebih berharga daripada emas.... Kemarau telah datang. Wajar panas yang tinggi menjadi pemandangan setiap harinya di daerah pesisir. Namun, ada satu hal yang menjadi lengkapnya perjuangan di desa Selengot. Iya lagi-lagi masalah kebutuhan air bersih. Begitu berharganya air tawar di desa ini. Di musim kemarau seperti ini, tidak jarang tiap hari melihat perahu-perahu membawa drum atau jirigen untuk menadah air di pulau seberang sana. Bahkan, kadang kala jauh-jauh mengambil air ternyata sumur pun kering. Hingga akhirnya terpaksa harus membeli air ke penampung lainnya yang memiliki penampungan air lebih banyak itupun kalau mereka masih memiliki air, meski harus menggadaikan emas yang dimilikinya. Suatu hari aku pernah menyaksikan. Karena air benar-benar tidak ada terpaksa air mineral dalam gelasan menjadi solusinya. Minum, memasak, mandi, bahkan mencuci menggunakan air m

Lebaran di Tanah Berlianku

Aku terbangun dari tidur malamku. Keluar kamar, melihat adik-adikku telah sibuk menyiapkan baju gamis, sajadah, dan peci untuk siap-siap ke masjid menjalankan sebuah sunah. Adzan subuh berkumandang. Tetes demi tetes air membasuh muka dan bagian-bagian yang harus dikenai aliran air suci itu. Dalam sebuah prosesi ‘wudlu’. Terasa dingin pagi ini. Setidaknya ada dua shaf laki-laki dan satu shaf perempuan mengikuti sholat jamaah subuh di satu-satunya masjid di desaku. Pukul 06.00 WITA. Langit masih terihat gelap. Namun, dari sudut-sudut desa telah nampak gamis dan mukena putih berjalan menghias jajaran kayu ulin Selengot. Aku baru akan mandi. Rasa ngantuk berat belum mau pergi menjadi beban di kelopak mata. Ya efek semalam begadang di dalam kamar. Kaki pun melangkah bersama keluarga disini menuju sebuah bangunan, tempat orang-orang membentuk barisan-barisan kebaikan. Sampai di jembatan, pak Bake, seorang ta’mir masjid minta bantuanku, “Tolong Pak Wito orang-orang suruh ke depan saj

Kue “BUAT PAK WITO” di Penghujung Ramadhan

Sejak pagi tadi langit malu-malu menampakkan birunya . Mendung kelam menutupi sebagian besar lazuardi tana Paser. Tidak seperti hari-hari sebelumnya. Drum-drum air hujan yang telah kosong karena kemarau datang, kini terisi kembali. Hujan gerimis disusul percikan yang lebih besar membasahi hutan-hutan sawit, laut teluk apar, dan juga jajaran kayu tanah Selengot. Di Akhir Ramadhan ini seakan Tuhan sedang merencanakan sesuatu. Menunjukkan ke-Maha Besaran-Nya. Menjelang lebaran, air berlimpah lagi. Senyum bahagia menghiasi desa yang memang kebutuhan hidupnya sangat ditentukan oleh percikan-percikan air dari langit itu. Aktivitas warga membuat wade (kue) lebaran terlihat di setiap sudut desa Selengot. Seakan menjadi cara ngabuburit mereka menanti waktu berbuka di akhir Ramadhan. Aku melihat layar di HP. Tak juga ada pesan atau telpon. Biasanya di malam terakhir Ramadhan banyak SMS atau telpon bertukar maaf. Saling berhalal bihalal. Bermain kata indah untuk menunjukkan ketulusan per