Siang yang panas. Seragam putih
biru kini menghias tanah (baca: jajaran kayu) Selengot. Pukul 13.00. Siswa-siswi
baru angkatan I SMP SATAP 005 Tanjung Harapan berbondong-bondong datang ke
sekolah barunya. Seragam baru dan semangat baru mengiringi langkah-langkah
mereka menuju bangunan bercat hijau yang akan menjadi tempat mereka menimba
ilmu di masa SMP. Tercatat 27 siswa yang
telah terdaftar sebagai siswa SMP SATAP 005 Tanjung Harapan. 13 anak merupakan
lulusan tahun ini dimana salah satunya berasal dari SD di desa tetangga dan 14
anak lainnya lulusan tahun-tahun sebelumnya.
Seperti layaknya SMP lain,
hari-hari pertama mereka masuk SMP diisi dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa
(MOS). MOS Berlangsung selama 3 hari. Meski usia mereka terbilang sudah
berumur, tetapi semangat mereka tetap luar biasa. Kegiatan MOS dibuat berbeda
dari umumnya. Hari pertama mereka mengikuti kegiatan ESQ. Tujuannya,
meluruskan niat mengapa mereka harus
masuk SMP, motivasi pentingnya pendidikan, memberikan wawasan pentingnya mereka
menyusun impian dan apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mencapai mimpi
itu.
Hari kedua, mereka membuat dan
membawa topi toga, kaleng, dan slayer. Materi pertama di hari kedua diisi
dengan pengenalan dunia SMP. Suasana serius, sesekali diiringi dengan canda tawa
menambah kehangatan di ruang ukuran 7X8 meter itu. Anak-anak dan orang tua pun
tidak mau ketinggalan menyaksikan momen pertama di desa mereka ini. Beberapa
peserta MOS ditanya kelak kalau kalian berhasil memakai topi toga yang asli ingin
gelar apa? Ada yang megatakan ingin gelar Sarjana Kedokteran, ada yang ingin
Sarjana Pendidikan, ada juga yang ingin Sarjana Ekonomi.
Acara selanjutnya diisi dengan
kegiatan baris-berbaris. Meski panas matahari siap menyengat setiap sel kulit
mereka, tak terlihat dari wajah mereka perasaan menyesal ataupun sedih. Mereka
mengikuti kegiatan dengan khidmat.
Sesi selanjutnya, mereka diminta
mencari harta karun yang tak lain adalah topi toga, kaleng, dan slayer
masing-masing. Mereka harus bisa menemukan miliknya masing-masing dan tidak
boleh mengambil punya temannya. Syarat dalam pencarian harta karun tidak boleh
ada suara, baik suara mulut, tangan, maupun kaki. Sehingga suasana tenang dan
hening pun tercipta, hanya terdengar suara-suara dari warga desa yang menonton.
Selanjutnya mereka diminta membuat sebuah karya dari kaleng-kaleng yag
dibawanya dalam satu kelompok. Terdapat tiga kelompok dalam pembuatan karya. Dengan
bahan dan alat terbatas dan waktu yang cukup singkat mereka pun mampu membuat
karya yang tak kalah menarik. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan
hasil karyanya. Dan andaikan dijual mau dijual berapa. Ada yang mengatakan 1
juta, ada juga 1 trilyun, dan ada yang hanya seribu rupiah saja. Selanjutnya,
mereka diminta menjual hasil kerja kelompoknya itu ke warga dengan harga
semaksimal mungkin dalam waktu hanya 10 menit. Ternyata tidak sampai sepuluh
menit barang telah terjual semua. Kelompok satu mendapat lima ribu, kelompok
dua sepuluh ribu, dan kelompok tiga enam ribu rupiah. Terlihat rasa puas tampak
terukir dalam raut muka mereka atas hasil usahanya. Ya...ya...ya...
Akhirnya, acara di akhiri dengan
evaluasi, esensi, dan hikmah dari rangkaian kegiatan tersebut. Kegiatan MOS pada hari kedua selesai, ditutup dengan doa. Masih ada satu hari lagi. Rencana pada hari ketiga akan diisi dengan outbond.
Komentar
Posting Komentar