Langsung ke konten utama

Indonesia Tercinta


Alunan ayat Al-Qur’an mulai berlantun bersautan dari satu masjid ke masjid yang lain, satu suro’ ke suro’ lain,. Bulan mulai beringsut dari purnamanya. Malam 17 Ramadhan. Sebagian Muslim mengistimewakannnya sebagai hari turunnya Al-Qur’an yang pertama ( Nuzulul Qur’an ). Tahun ini begitu istimewa, mengingatkan kembali pada 66 tahun yang lalu. Di saat Terjadi Penculikan Bung Karno oleh kalangan pemuda ke Rengasdengklok. Iya, 17 ramadhan ini bertepatan dengan 17 Agustus.

17 Agustus, merupakan hari yang sangat istimewa buat bangsa Indonesia. Lagu-lagu Nasionalisme mulai beriringan. Sayup-sayup gelegar Ibu Pertiwi meneriakkan kemerdekaan. Beramai-ramai orang merayakannya dengan suka cita. 

Mungkin akan berbeda situasi sekarang dengan 66 tahun yang lalu. Disaat para pejuang mengobarkan semangat kemerdekaan. Di bulan yang penuh berkah. Tepatnya, Ramadhan yang penuh kemenangan. Saat itu suasana tegang menyelimuti bumi Indonesia. Hanya satu yang dicita-citakan, kemerdekaan Indonesia. Harta-benda tak terbenak dalam pikiran. Hanya satu, Keridloan Allah SWT atas kemerdekaan Indonesia.
66 Tahun sudah setelah kemerdekaan Indonesia. Sayup-sayup Ibu Pertiwi meneriakkan kemerdekaan. Di balik tetesan air matanya yang mulai membengkak. Sedikit senyuman sang Ibu terukir di bibirnya. Ada granat-granat kecil di balik selimut hitam yang menutupinya. Entah siapa yang memasang selimut hitam itu. Sang Ibu Pertiwi sedang merindukan kelahiran seorang anak kecil yang menorehkan senyuman buatnya. Yang akan membalik selimut hitamnya. Dan membuang jauh granat-granat itu. Dia terus menanti.
Dalam benaknya ia berkata, “ Lupakah engkau, anak-anakku dengan peristiwa 66 tahun silam,.…. Tidakkah engkau malu dengan rambutmu yang telah beruban….. “.

Karena mereka melupakan kemerdekaan yang mereka anggap kecil. Padahal, dari situlah kemerdekaan yang mereka anggap besar akan lahir. Kemerdekaan akan belenggu hawa nafsu. Jadikan Ramadhan ini penuh berkah dan kemenangan.



Buat Indonesia Tercinta….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DISAAT TUHAN MEMILIHKAN DAN MENGARAHKAN

(The Greatest Momentum) Entah apa yang membuat aku tak juga menemukannya. Setiap kali mengikuti tes masuk kerja aku selalu gagal di saat tes terakhir. Tes kesehatan. Awal bulan Mei, aku sangat yakin akan mulai bekerja. Mendapatkan gaji. Menghidupi diri sendiri. Bersedekah. Bisa menabung. Namun, semuanya terpupus begitu saja saat tes kesehatan harus aku lalui. Gagal. Atau lebih tepatnya belum rejeki. Mulai aku bergerilya mencari informasi lowongan kerja. Warnet (Warung internet) dan warkop (warung kopi) menjadi sasaran utama. Hingga rutinitas mulai tercipta. Setiap pagi, jari-jari ini bergerak-gerik sekedar mengetik kata "Lowongan kerja 2012" di sebuah akses internet. Siangnya berganti mengembara ke warung kopi untuk mencari sisa-sisa koran hari itu. Pastinya, informasi lowongan kerja yang menjadi pencarian utama. Di samping itu, harapan besar masih mengiang-ngiang. Beberapa tes hasil jobfair yang telah ku ikuti ada beberapa yang masih berlanjut. Hingga terpaksa aku l

Menapaki Jembatan ke Arah Senja

“ Sekarang Allah telah meringankan kepadamu, dan Dia mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Jika ada seratus orang di antara kamu yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 66) By : Mei Yunlusi Irawati Permasalahan dalam hidup ini seakan tak pernah surut. Berganti dari masalah satu ke masalah lainnya. Karena inilah makna hakiki kehidupan, siklus sebuah proses pendewasaan diri. Tak kan ada ujian jika tak ada level penjenjangan kualitas diri. Tak kan ada kata baik, jika tak ada keburukan. Dan tak kan ada kata putus asa jika kita semua bersemangat. Menyadari adanya kemungkinan – kemungkinan dalam diri ini atas potensi yang ada, saya hanya mencoba mengoptimalkan usia muda yang merupakan zaman keemasan setiap makhluk di bumi ini, jika mereka menyadari. Meski tak banyak yang sudi, a

Antara Miris dengan Bangga

                Lawe-lawe merupakan sebuah kampung yang berada di selatan teluk Balikpapan. Kalau anda mau kesana, dari Balikpapan harus menyebrang dulu menggunakan kapal speed atau boat sekitar 15-20 menit. Selama penyebrangan anda akan menyaksikan pemandangan yang cukup mempesona mulai dari kapal-kapal tanker pertamina yang sedang berlabuh, aktivitas masyarakat yang menyebrang menggunakan kapal boat, ombak laut yang tiba-tiba menggulung, bahkan dapat disaksikan pula pertemuan antara air tawar dengan air laut yang cukup jelas perbedaannya. Akan lebih menarik lagi jika perjalanan dilakukan pada malam hari. Akan nampak keindahan kerlap-kerlip lampu kilang bagai kota New York.     Ini adalah pengalamanku saat kerja praktek di Pertamina Balikpapan. Hari itu Rabu di bulan Agustus. Pagi ba’da subuh aku dijemput oleh temanku yang berada sekitar 20 km dari tempat tinggalku. Sungguh semangat yang luar biasa. Meski disini sudah pukul 05.30 tapi alam masih tertutup hitam kelam seperti puku