Indahnya purnama di malam hari ketika kaki ini berjalan di tepian rawa Keputih Tegal. Waktu menjelang Isya’, disaat rembulan mulai menampakkan wajahnya yang seakan tergambar senyuman buat siapapun yang menatapnya.
Teringatlah hari-hari yang akan menjadi ukiran sejarah. “ Mungkin, baru tiga bulan lagi aku akan melihat alam yang indah ini.”, batinku. Iya benar, kurang dari satu bulan lagi aku harus meninggalkan tanah kelahiranku ini. Pulau yang menurut nenek-nenek terdahulu sebagai tanah idaman seluruh orang di negeri ini. Antara bahagia, ragu, sedih, bercampur tidak karuan. Seakan hutan rimba yang tidak menemukan batasnya.
Kini mimpi itu menjadi kenyataan. Sebenarnya perjalananku ke pulau ini telah ku impikan semenjak ku masih duduk di bangku sekolah dasar. Kini, Alhamdulillah, telah mampu menginjakkan kedua telapak kaki ini di pulau terbesar di negeri ini. Kata orang pulau ini masih tergolong terisoler, tapi kenyataannya hampir mirip dengan tanah kelahiranku, bahkan ditinjau dari ekonominya Nampak lebih tinggi.
Iya.. Itulah Pulau Kalimantan, tepatnya kaki ini telah menjajakkan langkah-langkahnya di Kalimantan Timur. Untuk mendapatkan nilai 2 SKS. Namun, tentu bukan hanya itu yang ada dalam hati ini. Ada seribu harapan besar dari pulau ini.
PERTAMINA…. Dalam benak bertanya-tanya, seperti apa industri BUMN ini. Kilang??? Apakah hanya sebatas pemanas untuk memisahkan beberapa jenis minyak sesuai titik didihnya seperti yang dipelajari waktu SD dulu… Lalu apa hubungannya dengan bidangku ini yang notabenenya ku dididik di bidang kontrol.
Lagi-lagi syukur ini terlepas, benar, tak hanya sebatas itu, tapi, wow luar biasa. Hingga akhirya sebuah kata sempat terucap yang sampai detik itu menurutku kata itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang ada di atas sono, “ Kereeen”. Kata dahsyat yang membuat aku mampu memahami begitulah ternyata jejak-jejak kehidupan ini. Ku akui diri ini sempat kagum dengan bangunan tangki, pipa, furnace, vessel, boiler, turbin generator, condensate, dan sebagainya yang pastinya masih banyak lagi. Apalagi instrument-instrumen yang belum sempat ku sebutkan dalam tulisan ini. Perlu di ketahui, instrument di dunia industri bukanlah alat musik yang melengkapi suara si vocal, tetapi berbagai alat yang mendukung sistem untuk mengontrol proses industri tersebut sehingga tanpa adanya instrumen tak akan mungkin terbentuk BBM yang tiap hari kita pakai ini.
Namun, berbalik ke seratus delapan puluh derajat, setelah tahu dalam-dalamnya yang notabenenya pada manajemen SDM. Kalo boleh bilang, “ yach, itulah Indonesia “. Ingin rasanya aku mengubah semua ini sehingga ganti berucap,” Kereeen Indonesia “. Itulah cita-cita besar yang terbenak dalam hati ini. Tapi bimbang juga, ku mulai darimana, dimana, bagian apa, dan dengan siapa??? Andai mangga jatuh ke atas, mungkin harapan besar itu tak hanya bayang-bayang, tetapi sesuatu yang nyata membentuk bayang-bayang itu. “ Sebuah miniatur Indonesia itulah BUMN, salah satunya PERTAMINA. “, itu yang bilang karyawannya sendiri meski hanya sebagai ‘naban’. Tapi dipikir-pikir benar juga,. Yach itulah Indonesia yang ku Cinta. Aku sangat yakin, suatu saat pasti mampu mengubahnya menjadi Kereeen Indonesia, entah di bagian mananya.
Perjalanan masih panjang, hari-hari terus mengalir. Bagai air yang tidak mampu bersinggah di pelataran kubangan. Namun, pada suatu hari ada sesorang menaburinya dengan susu madu. Nah inilah paling bersejarah dalam perjalananku di KP ini. Alhamdulillah, meski tidak begitu besar, ku mampu memberikan dan meninggalkan sesuatu buat perusahaan Negara ini. Saat itu ada trouble pada sistem relay vessel condensate,. Dan Alhamdulillah, ku mampu menyumbangkan solusi sehingga permasalahan bisa di atasi. Cukup bahagia sekali.
Perjalanan belum selesai, ada langkah-langkah sebagai perdu dalam KP ini, Mulai dari perjalanan ke Tenggarong tuk menengok sepupu. Bertepatan dengan festival erau hingga sembur air yang cukup aneh menurutku. Itulah indah dan uniknya budaya Indonesia. Petualangan ke hutan Mangrove dengan kawan-kawan dan ditemani si mungil Chelsy. Petualangan yang luar biasa di atas perahu berdiesel. Hingga sampai pengembaraan di Islamic Center Samarinda. Wowww tak lepas-lepasnya diri ini bersyukur, melihat kemegahan masjid dan suasananya. Namun, yang membuat hati ini lebih bahagia seakan ku menemukan keluarga di Kota Tepian ini. Berat rasanya untuk belepas.
Nah, inilah seklumit jejak-jejak Kerja Praktek ku di PERTAMINA Balikpapan. Tunggu kelanjutannya.
Komentar
Posting Komentar