Jarum
pendek jam dinding telah menunjukkan angka satu sedangkan jarum panjangnya di
angka dua belas. Alhamdulillah, akhirnya beres juga setelah bolak-balik
memindahkan barang dari tas carrier seukuran 75L ke tas ransel. Bingung
bertumpuk-tumpuk mulai dari persiapan barang yang harus dibawa, tas mana saja
yang dibawa, bagaimana menatanya, dan yang tak kalah beratnya adalah keyakinan
terhadap keputusan ku.
Malam semakin senyap. Aku niatkan
untuk istirahat sekedar merebahkan tubuh. Hingga alarm pun berbunyi tepat pukul
tiga pagi. Mulai ku persiapkan diri untuk beranjak dari bumi Surabaya yang
entah apakah aku masih akan kembali lagi kesini atau tidak. Perasaan gelisah
dan bertanya-tanya mulai bermunculan.
Pukul 05.00, aku sudah di Juanda
airport. Segera ku selesaikan persiapan sebelum penerbangan. Deg-degan mulai muncul saat bertemu
dengan teman-teman sesama calon Pengajar Muda 5 (PM 5). Mulai terdengar obrolan basa-basi sekedar mengakrabkan diri. Hingga tanpa
kami sadari terdengar suara petugas airport memanggi-manggil nama kami yang
menandakan pesawat akan segera flight. Hampir
saja tertinggal jika tidak segera melangkahkan kaki untuk masuk ke gate 4.
Singkat cerita, suasana langit
berawan di atas bandara Soekarno-Hatta telah bersiap menyambut kedatangan kami.
Dengan empat teman dari Surabaya, kami menunggu teman-teman lain dari Semarang,
Jogjakarta, dan Palembang. Suasana semakin riuh saat semua telah berdatangan.
Berkumpul dengan orang-orang hebat. Antara bahagia dan minder.
Mulailah kami melanjutkan perjalanan
menuju Galuh. Dengan tiga mobil, kami diantarkan hingga sampai depan kantor
Indonesia Mengajar (IM). Hiruk pikuk kota Jakarta yang sangat tidak ku suka
membuat perjalanan kami terlambat beberapa jam. Sampai di kantor IM mulailah
kami mengurus segala kelengkapan dan administrasi. Lagi-lagi antara deg-degan, takut, bahagia bercampur aduk
tidak jelas.
Pukul 13.00, kami berpindah ke Wisma
Atlit Fatmawati. Acara pembukaan pun dimulai. Anies Baswedan siap menyambut
kami dengan kalimat saktinya mengatakan, “Berhentilah
mengecam kegelapan. Bergantilah dengan menyalakan lilin.” Diskusi-diskusi
kecil pun mulai mengiringi...
Di saat
kegelapan telah menutupi indahnya bintang-bintang malam
Sebagian mereka
akan berlari ketakutan mencari cahaya untuk menerangi dirinya
Namun, ada
sebagian lain akan menyalakan lilin untuk menerangi kegelapan itu
Komentar
Posting Komentar