Langsung ke konten utama

Menyelam


“Kita berada di pos apa?”, tanyaku pada mereka.
“........................”, tak terdengar jawaban apa pun.
“Siapa yang tahu, sekarang kita berada di pos apa?”, aku mempertegas pertanyaan.
Akhirnya, terdengar juga suara lirih dari mereka, “Di pos mikroskop.”
Ku tarik kedua ujung bibirku,“Ok, siapa disini yang sebelumnya pernah lihat mikroskop?”, aku menambahkan pertanyaan yang kedua. Tak terlihat satu pun yang mengangkat tangan. Hanya senyum-senyum manis terlihat merekah di antara kedua bibir mereka. 

Hemh,... malaikat-malaikat kecil yang lucu, yang nantinya akan berdiri mengambil peran masing-masing dalam mambangun negeri ini. Benih-benih bintang yang akan menghias langit di kegelapan malam.  Aku telah dirayunya. Untuk menjadi bagian kecil dari ujung galaksi yang berisi beratus-ratus bintang. Aku ingin berputar menyelami alam raya bersama mereka.
Ya, kini ku siapkan senjata-senjata yang akan aku gunakan untuk menyelam bersama mereka di langit nan luas nanti. Malaikat-malaikat kecil ku telah menanti di sana. Menanti kedatanganku untuk berbagi pengalaman. Dan aku pun telah siap untuk belajar dari mereka. Yang notebennya mereka memiliki pengalaman sejuta lebih banyak dari apa yang ku punya sekarang. Pengalaman untuk menyelami langit kehidupan ini. Mereka begitu indah. Seindah cahaya mentari yang baru terbit. Tinggal bagaimana cahaya itu di arahkan. Mereka telah menanti. Menanti kehidupan yang berarti. Kehidupan yang tak hanya menyelam di balik jeruji kegelapan. Tapi menyelam di antara bintang-bintang yang telah lama menyalakan cahayanya. Cahaya di atas cahaya, aku ingin menyelam bersama mereka. Menembus jeruji-jeruji kegelapan malam untuk membebaskan sayap yang telah lama tak terlihat kepakannya ini. Ya, menyelam di antara bebatuan keras yang mereka telah lupa bahwa kelembutan air akan meruntuhkannya. Kini aku siap menyelam bersama mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DISAAT TUHAN MEMILIHKAN DAN MENGARAHKAN

(The Greatest Momentum) Entah apa yang membuat aku tak juga menemukannya. Setiap kali mengikuti tes masuk kerja aku selalu gagal di saat tes terakhir. Tes kesehatan. Awal bulan Mei, aku sangat yakin akan mulai bekerja. Mendapatkan gaji. Menghidupi diri sendiri. Bersedekah. Bisa menabung. Namun, semuanya terpupus begitu saja saat tes kesehatan harus aku lalui. Gagal. Atau lebih tepatnya belum rejeki. Mulai aku bergerilya mencari informasi lowongan kerja. Warnet (Warung internet) dan warkop (warung kopi) menjadi sasaran utama. Hingga rutinitas mulai tercipta. Setiap pagi, jari-jari ini bergerak-gerik sekedar mengetik kata "Lowongan kerja 2012" di sebuah akses internet. Siangnya berganti mengembara ke warung kopi untuk mencari sisa-sisa koran hari itu. Pastinya, informasi lowongan kerja yang menjadi pencarian utama. Di samping itu, harapan besar masih mengiang-ngiang. Beberapa tes hasil jobfair yang telah ku ikuti ada beberapa yang masih berlanjut. Hingga terpaksa aku l

Menapaki Jembatan ke Arah Senja

“ Sekarang Allah telah meringankan kepadamu, dan Dia mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Jika ada seratus orang di antara kamu yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua ratus orang dan jika di antara kamu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka akan mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal: 66) By : Mei Yunlusi Irawati Permasalahan dalam hidup ini seakan tak pernah surut. Berganti dari masalah satu ke masalah lainnya. Karena inilah makna hakiki kehidupan, siklus sebuah proses pendewasaan diri. Tak kan ada ujian jika tak ada level penjenjangan kualitas diri. Tak kan ada kata baik, jika tak ada keburukan. Dan tak kan ada kata putus asa jika kita semua bersemangat. Menyadari adanya kemungkinan – kemungkinan dalam diri ini atas potensi yang ada, saya hanya mencoba mengoptimalkan usia muda yang merupakan zaman keemasan setiap makhluk di bumi ini, jika mereka menyadari. Meski tak banyak yang sudi, a

Antara Miris dengan Bangga

                Lawe-lawe merupakan sebuah kampung yang berada di selatan teluk Balikpapan. Kalau anda mau kesana, dari Balikpapan harus menyebrang dulu menggunakan kapal speed atau boat sekitar 15-20 menit. Selama penyebrangan anda akan menyaksikan pemandangan yang cukup mempesona mulai dari kapal-kapal tanker pertamina yang sedang berlabuh, aktivitas masyarakat yang menyebrang menggunakan kapal boat, ombak laut yang tiba-tiba menggulung, bahkan dapat disaksikan pula pertemuan antara air tawar dengan air laut yang cukup jelas perbedaannya. Akan lebih menarik lagi jika perjalanan dilakukan pada malam hari. Akan nampak keindahan kerlap-kerlip lampu kilang bagai kota New York.     Ini adalah pengalamanku saat kerja praktek di Pertamina Balikpapan. Hari itu Rabu di bulan Agustus. Pagi ba’da subuh aku dijemput oleh temanku yang berada sekitar 20 km dari tempat tinggalku. Sungguh semangat yang luar biasa. Meski disini sudah pukul 05.30 tapi alam masih tertutup hitam kelam seperti puku